Gravfarm Black Honey di Pameran “Ngopi Saraosna Volume 4”

11 December 2017

Comments

Off
 December 11, 2017
 Off
Category News

Bandung, (GRAVFARM News) – Harga kopi asal Jawa Barat ternyata ada yang dihargai Rp 2 Juta/kg. Tak hanya itu, peningkatan harga kopi asal Jabar pun cukup signifikan dari Rp 80.000/kg menjadi Rp 300.000/kg. Kondisi ini menguntungkan para pembudi daya atau pelaku usaha di bidang kopi dan menjadi garapan yang prospektif.

“Bahkan ketika kemarin di Jakarta (kontes kopi), kopi Jabar dari Ciwidey dihargai Rp 2 Juta/kg,” ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di sela-sela pameran kopi Ngopi Saraosna Volume 4 persembahan Pemerintah Provinsis Jawa Barat di Gedung Sate, Jalan Diponegoro No. 22, Citarum, Bandung. Jumat dan Sabtu (8 – 9 Desember 2017).

Kopi yang dimaksud adalah kopi Black Honey asal Gunung Patuha, Ciwidey, Kabupaten Bandung yang dihargai Rp 2 Juta/kg pada kompetisi kopi yang digelar Asosiasi Kopi  Spesial Indonesia (AKSI) pada 17 November 2017. Bahkan kopi produksi GRAVFARM tersebut mendapat sertifikat Arabica Coffee Auctioned at the Highest Price dari Museum Rekor Dunia Indonesia.

Lucy Tedjasukmana selaku pemilik GRAVFARM menjelaskan bahwa harga kopi tersebut merupakan penghargaan dari para beeder terhadap kinerja pengolahan kopi mereka sehingga layak dihargai dengan harga tinggi. Kenyataannya, GRAVFARM tidak menjualnya dengan harga tersebut melainkan Rp 300.000-an/kg.

“Setelah ajang kemarin, harga kopi kami mengalami kenaikan dan peningkatan permintaan. Akan tetapi, karena kita masih bermain lokal maka harganya menjadi Rp 305.000/kg. Jadi, kami tidak aji mumpung. Kami berpikir untuk mencari kopi yang spesial bukan hanya untuk keuntungan,” ujarnya ketika ditemui di Gedung Sate.

Harga kopi saat ini memang bersaing. Banyak pegiat kopi lain yang mematok harga lebih tinggi ketimbang hasil kopi olahan GRAVFARM. Untuk mendapat kopi yang spesial memang tidak mudah dan memerlukan waktu yang panjang. Misalnya, kopi Black Honey pengolahannya memerlukan waktu satu bulan setelah pemetikan. Perlakuannya mulai dari pemilihan lahan, pendisiplinan petani, pemilihan bibit kopi, sertifikat single origin, hingga sistem panen yang tidak sembarang.

Lucy Tedjasukmana makin optimis dengan perkembangan kopi di Indonesia karena jumlah konsumen kopi setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Sementara, kebutuhan bahan baku kopi belum dapat terpenuhi sehingga peluang membudidayakan dan mengolah kopi di Indonesia cukup besar.

Sumber – Pikiran Rakyat, 11 Desember 2017

Set featured image

Comments are closed.